Mausoleum Pieta

Kalau kita memperhatikan dengan baik gereja antik di Puh Sarang, maka di sebelah Timur gereja kita melihat patung Bunda Maria sedang memangku Yesus Sang Putra yang baru saja diturunkan dari salib atau biasa disebut patung Pieta. Patung Maria Pieta itu terletak di atas sebuah tabernakel kosong yang mirip dengan kuburan orang Yahudi.

Selama ini romo-romo Keuskupan Surabaya bila meninggal dimakamkan di kuburan Kembang Kuning, Surabaya, belum ada makam khusus antuk para romo seperti yang terdapat di Jawa Tengah atau di tempat-tempat lainnya.
Situasi keamanan dan kondisi makam Kembang Kuning, menyebabkan pihak keuskupan tidak bisa menata atau mengatur pemakaman para romo di tempat itu. Keadaan ini menyebabkan umat enggan untuk berziarah ke makam para romo yang sudah meninggal karena alasan keamanan dan jauhnya tempat itu dari jangkauan umat.
Oleh sebab itu Uskup Surabaya, Mgr. J. Hadiwikarta, membangun sebuah makam khusus untuk para romo yang tinggal dan bekerja di Keuskupan Surabaya, dengan memakai pola kuburan seperti yang dilakukan di makam Kerkop Muntilan dan di makam tempat ziarah Kaliori, Purwokerto serta tempat makam romo-romo Yesuit di Cirisonta, Jawa Tengah.
Di Puh Sarang sckarang ini memang sudah ada kuburan khusus untuk umat katolik yang tinggal di Puh Sarang, tapi belum ada makam khusus untuk para romo. Namun secara khusus Romo Emilio Rossi, CM yang meninggal dunia pada tanggal 16 Maret 1999 dimakamkan di kuburan umat, sesuai dengan permintaannya sendiri sebelum meninggal dunia.

Tempat ini diberi nama MAUSOLEUM PIETA. Mausoleum ialah sebuah perkataan dalam bahasa Latin yang berarti makam atau kuburan. Dalam kuburan ini jenazah para romo tidak dimakamkan di tanah tapi dimasukkan ke dalam sebuah makam bersusun dua. Semuanya ada 48 makam di mausoleum Pieta ini, yang dirancang oleh Ir. A.S. Rusli dan Ir. Harry Widayanto.

Pada 28 September 2000 kuburan Mgr. Michael Verhoeks, CM, Vikaris Apostolik Keuskupan Surabaya, yang meninggal pada tahun 1952 dan dimakamkan di makam Kembang Kuning Surabaya dibongkar dan jenazah Mgr. M. Verhoeks, CM, dimakamkan kembali di Mausoleum Pieta di Puh Sarang.

Demikian pula jenazah Mgr. J. Klooster, CM, Uskup Surabaya, yang meninggal pada tahun 1990 dan dimakamkan di Kembang Kuning, juga dipindahkan dan dimakamkan kembali di Puh Sarang pada tanggal 28 September 2000. Romo J.H. Sumarki, CM, yang meninggal pada tahun 1999 dan dimakamkan di kuburan umat di Puh Sarang, pada hari itu juga dipindahkan dan dimakamkan kembali di Mausoleum Pieta bersama kedua Uskup tadi.

Memang Mausoleum Pieta dikhususkan hanya untuk makam para Uskup dan para Pastor yang tinggal dan bekerja di Keuskupan Surabaya. Sekarang di makam tersebut juga dimakamkan Romo C. Reksosubroto, CM, mantan Vikjen Keuskupan Surabaya dan mantan Provinsial romo-romo CM, Indonesia.

Mausoleum Pieta diberkati oleh Uskup Surabaya pada tanggal 28 September 2000 namun diresmikan penggunaannya pada tanggal 8 Oktober 2000. Almarhum Romo Rossi, CM, yang sudah dimakamkan di kuburan umat tetap di sana, tidak dipindahkan bersama romo-romo lainnya sebab memang sebelum meninggal dia berpesan ingin tetap dimakamkan di tengah-tengah umat Puh Sarang yang pernah dilayaninya ketika masih hidup dan menjadi Pastor Paroki Kediri. Dengan demikian diharapkan agar umat katolik bila berziarah ke Pub Sarang untuk berziarah kepada Bunda Maria bisa sekaligus berziarah atau mengunjungi makam para romo dan Uskup di Puh Sarang.

Penempatan patung Pieta mengingatkan kita sekalian akan saat ketika Yesus menjelang di kayu salib bersabda demikian kepada IbuNya dan rasul Johanes : "Ibu inilah anakmu" kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: "lnilah ibumu" (Yoh 19:26-27 ).
Kalau dulu Bunda Maria dengan sedih hati memangku Puteranya yang baru diturunkan dari salib sebelum dimakamkan, sekarang dengan sukacita Maria menyambut para puteranya, para imam, untuk dimakamkan di Mausoleum Pieta.