Gua Maria Lourdes, Puh Sarang - Kediri

Gua Maria Lourdes di Puh Sarang ini sekarang yang menjadi fokus atau titik perhatian utama dari para peziarah. Dulu sebelum ada gua Lourdes, titik perhatian utama adalah Gereja yang Antik. Namun untuk umat katolik, yang sering berziarah ke tempat ziarah untuk Bunda Maria seperti misalnya di Sedangsono, di Jateng, Gua Kerep (Ambarawa) atau di Sendangsriningsih (Klaten) tentu mereka mengharapkan ada sebuah gua Maria yang bisa dikunjungi.
Di komplek gereja yang lama memang ada miniatur gua Maria Lourdes tapi terlalu kecil bentuknya. Bagi mereka yang tertarik dengan seni arsitektur memang Gereja yang antik itu lebih menarik perhatian mereka, namun untuk umat awam biasa, kekaguman mungkin hanya sesaat setelah itu tidak ada minat untuk melihatnya kembali.

Mungkin timbul pertanyaan mengapakah komplek Gua Maria Lourdes sekarang ini terpisah dan agak jauh dari Gereja yang antik, mengapakah tidak disatukan saja atau lokasinya berdekatan? Hal ini sebenarnya juga pernah menjadi cita-cita Panitia Pembangunan Puh Sarang.
Dengan semakin meningkatnya jumlah pengunjung di gereja Puh Sarang, semenjak diadakannya Novena pertama pada bulan Oktober tahun 1994, yang secara rutin diadakan tiap tahun, kemudian juga diadakan acara-acara besar seperti misalnya Kamping untuk BIAK dan Kamping untuk Kawula Muda pada tahun 1995 di Puh Sarang, maka ketika itu dirasakan betapa makin sempit lahan yang ada sekarang ini, terutama juga tempat untuk parkir kendaraan dirasakan sangat kurang.
Sudah diusahakan beberapa kali membeli tanah-tanah yang ada di sekitar gereja yang lama namun usaha ini tidak berhasil, sebab mereka tidak mau melepas atau menjual tanah mereka kepada pihak gereja dengan harga berapapun. Maka dicari alternatif lain.

Panitia Pembangunan Keuskupan bersyukur kepada Tuhan bahwa ternyata banyak warga atau umat di Puh Sarang yang mau menjual tanah mereka untuk pengembangan tempat ziarah Puh Sarang. Namun kendala utama ialah tidak adanya air bersih yang cukup tersedia di Puh Sarang, lebih-lebih pada saat musim kemarau, sehingga kelihatan kuning dan gersang. Keadaan dulu berbeda dengan keadaan sekarang ini di mana telah kelihatan hijau dan segar karena banyak tumbuhan.
Akhirnya diminta bantuan kepada Romo Julianus Sunarko, SJ, yang waktu itu menjadi Direktur LPPS-KWI, yang mempunyai keahlian untuk mencari mata air guna membantu Panitia mencarikan air di Puh Sarang. Berkat bantuan beliau maka sekarang ditemukan 6 sumber mata air di bawah tanah, semuanya sudah digali dan keluar airnya dalam jumlah yang cukup besar. Romo J. Sunarko, SJ sejak tanggal 8 September 2000 sudah ditahbiskan dan diangkat menjadi Uskup Purwokerto.
Sumber mata air ditemukan antara lain di komplek Gedung serba guna, di tempat di mana didirikan Gua Lourdes, di Bumi Perkemahan, di Wisma Nazaret dan di parkir atas.
Maka berdasarkan temuan mata air tersebut ditentukan lokasi untuk Gua Lourdes sekarang ini.

Pada tanggal 11 Oktober 1998 sesudah peresmian Gedung Serbaguna diadakan peletakan batu pertama untuk membangun Gua Lourdes oleh Uskup Surabaya, Mgr. J. Hadiwikarta. Kalau gedung Serba Guna merupakan tiruan atau replika dari Gereja Unik-Antik Puh Sarang, maka gua Lourdes merupakan tiruan atau replika Gua Maria Lourdes yang ada di Perancis. Sengaja dipilih nama Gua Maria Lourdes sebab dalam Gereja yang lama terdapat tiruan gua Lourdes dalam bentuk yang kecil. Di seputar patung yang kecil dalam gua pertama tertulis tulisan di atas kuningan dengan menggunakan bahasa Jawa ejaan lama: Iboe Maria ingkang pinoerba tanpa dosa asal, moegi mangestonana kawoela ingkang ngoengsi ing Panjenenengan Dalem. (Bunda Maria yang terkandung tanpa soda dosa anal, semoga berkenan merestui aku yang datang berlindung kepada Engkau)

Berdasarkan foto-foto dan gambar gua Lourdes yang ada di Perancis maka dibuat maket gua tersebut oleh Bapak J. Sumartono, S.Sn dosen senirupa di Yogyakarta. Kemudian berdasarkan maket tersebut In A.S. Rush dan Ir. Harry Widayanto merancang gua tersebut.
Dalam pelaksanaan pembangunan In Harry dibantu oleh Ir. Djoko serta Bp. Bernard yang mengerjakan relief gua secara keseluruhan. Gua Maria Lourdes Pub Sarang tingginya 18 m dan lebarnya 17 meter. Dibutuhkan waktu satu tahun lebih tiga bulan untuk menyelesaikan gua tersebut sehingga gua Maria Lourdes ini baru selesai pada akhir tahun 1999.

PEMBERKATAN PATUNG BUNDA MARIA
Pada tanggal 2 Mei 1999 Uskup Surabaya, Mgr. J. Hadiwikarta, memimpin Novena ke 8 di Puh Sarang dan sekaligus memberkati patung Maria di Gua Lourdes Pub Sarang, yang baru dan cukup besar. Walaupun waktu itu bangunan gua baru selesai kurang lebih 40'% namun telah diadakan pemberkatan patung Maria sebab diharapkan dengan demikian gua yang cukup besar itu nanti bisa selesai pada waktunya yaitu pada pesta Natal tahun 1999 yang akan merupakan pembukaan Yubileum tahun 2000.

Patung Maria yang diberkati merupakan replika atau tiruan dari patung Maria Lourdes, terbuat dari semen kemudian dicat berwarna bagian luarnya. Patung itu lebili tinggi dari contoh aslinya yang hanya 1,75 meter sebab patung Maria yang sekarang ini tingginya 3,5 meter, kalau dihitung dari alas kakinya patung ini tingginya dari bawah menjadi 4 meter.

Patung ini dibuat lebih besar dari contohnya sebab disesuaikan dengan besarnya gua yang tingginya mencapai hampir 18 meter. Diperkirakan umat yang hadir pada waktu itu ada kurang lebih 3000 orang. Pemberkatan sengaja diadakan pada awal bulan Mei supaya selama bulan Mei, bulan yang dikhususkan untuk menghormati Bunda Maria, umat katolik di Keuskupan Surabaya lebih giat melakukan devosi kepada Bunda Maria.

Setelah homili Uskup Surabaya disertai para Romo yang hadir waktu itu naik ke atas untuk memerciki patung dengan air suci, kemudian disusul dengan penyalaan lilin oleh Dr. Agus Harsono, Ketua Panitia Pembangunan Pub, Sarang, Ir. Harry Widyanto, Ir. A.S. Rusli, Ir. Djoko dan Bp. Bernard, mereka inilah orang-orang yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan gua Maria di Puh Sarang.

PEMBUKAAN YUBILEUM AGUNG TAHUN 2000, 26 DESEMBER 1999

Paus Yohanes Paulus II, Pimpinan Tertinggi Gereja Katolik, menetapkan bahwa perayaan Yubileum Agung Tahun 2000 akan dimulai pada hari raya Natal tahun 1999, pembukaan perayaan Yubileum Agung di Roma dilakukan olch Paus Yohanes Paulus II, tanggal 25 Desember 1999.
Kemudian beliau akan membuka tahun Yubileum di gereja-gereja lain. Perayaan Yubileum Agung Tahun 2000 akan berlangsung selama satu tahun lebih dari perayaan Natal tahun 1999 sampai dengan perayaan Epifani, tanggal 1 januari tahun 2001.

Dalam kesempatan merayakan Yubileum tersebut Tahta Suci di Roma memberikan kuasa kepada para Uskup setempat untuk menetapkan gereja-gereja dan tempat-tempat ziarah di mana umat katolik dapat menerima anugerah Indulgensi atau pengampunan atas siksa-siksa dosanya. Hal serupa pernah dilaksanakan pada Yubileum tahun 1975, di mana pada waktu itu Uskup Surabaya waktu itu, Mgr. johanes Klooster, CM menetapkan gereja Puh Sarang sebagai salah satu tempat di mana umat katolik Keuskupan Surabaya bisa mendapatkan indulgensi. Ketika itu beliau juga menetapkan gereja Pub Sarang sebagai tempat ziarah resmi Keuskupan Surabaya.

Mgr J. Hadiwikarta, Uskup Surabaya, menetapkan bahwa untuk mendapatkan indulgensi selama Yubileum Agung Tahun 2000 dapat diperolch umat katolik Kcuskupan Surabaya dan para peziarah lainnya bila mereka mcngunjungi atau bcrziarah ke Gereja Katedral Surabaya, Komplek ziarah Puh Sarang (Gua dan Gereja yang Antik ) serta tempat ziarah di Sendang Waluyojatiningsih di desa Klepu. Ponorogo.

Pada tanggal 26 Desember 1999, Uskup Surabaya memberkati Gua Lourdes Puh Sarang dan juga memberkati Pondok Rosario yang barn saja selesai dibangun, sekaligus juga meresmikan pembukaan Yubileum Agung Tahun 2000. Pembukaan Yubileum Agung Tahun 2000 dilakukan di tiga tempat : di Katedral Surabaya pada tanggal 24 Desembcr 1999, di Puh Sarang tanggal 26 Desember 1999 dan di Sendang Waluyojatiningsih pada tanggal 31 Desember 1999. Pada scat pemberkatan Gua Lourdes Puh Sarang diperkirakan yang hadir waktu itu ada kurang lebih 12 ribu umat.
Pembukaan diadakan dalam upacara liturgi yang meriah dengan koor anak-anak dan remaja sebanyak 400 orang, dihadiri oleh banyak imam, biarawanbiarawati dan banyak juga umat dari luar Keuskupan Surabaya yang hadir ikut serta menghadiri peresmian Gua Lourdes Puh Sarang. Banyak Media cetak dan elektronik yang memuat berita peresmian gua tersebut baik sebclum maupun sesudah peresmian.
Pada akhir misa, Bupati KDH Tingkat 11 Kediri Bp. Drs. Suparyadi hadir memberikan sambutan dan menandatangani prasasti sebagai tanda diresmikannya komplek peziarahan untuk umat katolik di Puh Sarang. Jumlah kcndaraan yang digunakan oleh para pcziarah cukup banyak sehingga membutuhkan waktu hampir tiga jam bagi pcziarah terakhir yang meninggalkan Puh Sarang. Peristiwa pembukaan ini walaupun dilakukan sccara sederhana tapi sungguh meriah dan mengesankan.

Gua Maria Lourdes Puh Sarang memang dipastikan bisa selesai pada akhir tahun 1999 rnenjelang pembukaan Yubileum, ternyata sasaran ini tepat sebab kemudian selama tahun 2000 selama Yubileum tahun 2000 para peziarah yang datang tidak terbatas hanya dari umat Keuskupan Surabaya tapi juga dari Keuskupan Malang, Semarang, Jakarta, Bandung Bogor. Bahkan kemudian datang juga dari Luar Jawa: Banjarmasin, Makasar, Bali, NTT, Lampung. Mcreka datang dalam rombongan besar atau kecil. ibarat bola salju yang menggelinding maka bola itu menjadi makin besar demikian pula halnya para peziarah yang tertarik karena gua Lourdes yang memang bentuknya anggun dan megah.

12 PANCURAN AIR MELAMBANGKAN 12 RASUL
Yang menjadi daya tarik para peziarah bukan hanya bentuk gua dan patung yang besar tapi juga banyak umat yang merasa senang karena bisa membawa air dari tempat ziarah ini bila pulang ke rumah mereka. Air yang ada diambil dari sumber yang ada di sana kemudian diflter atau disaring dengan saringan khusus sehingga air yang kcluar dari perut gua bisa diminum. Sengaja dibuat 12 pancuran melambangkan 12 rasul Yesus ketika masih mengajar dan berkarya di dunia.

Banyak orang yang merasa mendapat kesegaran jasmani dan rohani setelah minum dari air dari gua. Hal ini sering terdengar dari para peziarah yang datang ke sana. Memang belum pernah ada penyelidikan atau pcnelitian resmi mengenai hal ini, namun yang terpenting ialah umat merasa terbantu dalam devosinya kepada Bunda Maria. Anda dapat membaca salah satu kesaksian iman dari salah seorang peziarah.
Dalam "perut" gua selain terdapat sumber air juga terdapat tabernakel, tempat untuk para imam dan petugas liturgi mengadakan persiapan, demikian pula peralatan lain yang diperlukan untuk keperluan misa dan kegiatan ibadat di Puh Sarang.
Namun tidak semua orang boleh masuk ke dalam "perut gua" yang cukup besar, itu hanyalah para petugas yang boleh masuk di dalamnya.

NOVENA KEPADA BUNDA MARIA TIAP BULAN
Acara yang secara rutin diadakan di Gua Lourdes Puh Sarang ialah Misa Novena atau doa sembilan kali, yang sudah dimulai sejak Oktober tahun 1994. Misa Novena biasanya dimulai pada bulan Oktober dan berakhir pada bulan Juni, kemudian Oktober berikutnya mulai sampai Juni berikutnya. Tiap Putaran Novena mengambil tema tertentu.
Novena putaran I : (0ktober 1994-Juni 1995) mengambil tema Keluarga.
Novena putaran II : Kaum Muda dalam hidup bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Novena putaran III : Ekaristi dan Kebebasan.
Novena putaran IV : Bersama Maria mengenal dan mengimani Yesus Kristus.
Novena putaran V : Maria Kenisah Roh Kudus (untuk bulan Oktober- Desember 1998) ; Maria Puteri Allah Bapa (untuk Januari - Juni 1999 )
Novena putaran VI : Bersama Maria merayakan Yubileum Agung Tahun 2000.
Novena putaran VII : Oktober 2000- Juni 2001, temanya Bersama Maria merayakan Millenium III.

Yang bertugas dalam Novena ialah paroki-paroki sekeuskupan Surabaya, yang diatur dengan jadwal oleh Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya. Dengan novena ini akhirnya umat di scluruh Keuskupan Surabaya semakin mengenal dan tertarik untuk berziarah ke Puh Sarang. Boleh dikatakan tempat ziarah Puh Sarang dibangun dan dihidupkan oleh Novena yang diadakan setiap tahun. Pengikut Novena tidak hanya dari Keuskupan Surabaya tapi juga dari keuskupan lain.
Tempat Novena pun juga berpindah-pindah semula diadakan di lapangan terbuka yang sekarang dipakai untuk Taman Hidangan Kana, Icemudian pindah ke Gedung Serbaguna dan mulai Mei 1999 ketika patung Maria diberkati hingga sekarang ini Novena selalu diadakan di komplek Gua Maria Lourdes.
Waktu Novena biasanya pagi hari jam 11.00 WIB, diadakan pada minggu pertama atau minggu kedua, sesuai dengan kalender liturgi sebab kadangkala lebih baik diadakan pada minggu pertama daripada minggu kedua, seperti misalnya menjelang Natal atau Paskah.

TIRAKATAN MALAM JUMAT LEGI
Semenjak akhir tahun 1998 diadakan suatu usaha baru untuk mengundang para peziarah dengan mengadakan misa pada malam Jumat Legi, diadakan pada pukul 00.00 wib. Dalam praktek secara konkret misa ini diadakan pada Kamis Malam menjelang Jumat, sebab dalam perhitungan kalender Jawa hari Kamis Kliwon sejak matahari terbenam sudah masuk atau dianggap sebagai hari Jumat Legi.

Bagi mereka yang kurang memahami kalender Jawa, dalam Kalender Jawa hari itu dibagi menjadi lima: Paing, Pon, Wage, Kliwon, Legi. Dan tigapuluh hari sekali akan jatuh pada hari yang sama, sehingga tiap 35 hari sekali akan ada hari Jumat Legi. Menurut keyakinan orang-orang yang masih menganut paham Kejawen di Jawa Timur ini malam Jumat Legi merupakan hari yang baik, hari yang diberkati Tuhan.
Maka pada hari itu banyak orang yang mengadakan "tirakatan" atau mengadakan doa dan semedi pada malam hari untuk memohon atau berdoa kepada Yang Mahakuasa. Sedangkan kalau di tempat lain justru malam Jumat Kliwon itu hari yang baik. Ketika dicoba diadakan doa dan Misa pada malam Jumat Legi di Puh Sarang, waktu itu masih di Gedung Serbaguna ternyata banyak yang menyukainya. Apakah yang dilakukan dalam acara tirakatan pada malam Jumat Legi, mereka berdoa rosario dan Litani Bunda Maria kemudian merayakan misa malam hari. Kadang-kadang misa diiringi dengan gamelan dan lagu-lagu Jawa sehingga menambah kekhidmatan.

Bagaimanakah misa tirakatan malam Jumat Legi kalau ditinjau dari kacamata iman katolik? Tergantung dari apa yang dilakukan dan isi dari tirakatan itu. Kalau di sana orang membakar kemenyan, berdoa kepada para jin atau lelembut dan melakukan yang asusila seperti yang terjadi di Gunung Kemukus (Jawa Tengah) jelas itu tidak cocok dengan iman kita. Tapi kalau orang berdoa, mengadakan misa pada malam Jumat Legi, sejauh orang tidak mengkaitkan terkabulnya doanya dengan malam Jumat Legi itu sendiri, tapi hanya memilih Jumat Legi sebagai memudahkan ingatan dan membantu suasana maka tidak bertentangan dengan iman katolik.
Dalam gereja terdapat usaha-usaha yang dinamakan inkulturasi di mana kita mencoba mengambil alih tradisi atau budaya umat yang baik dipergunakan sebagai ungkapan iman katolik. Kita mengambil contoh misalnya kebiasaan mendoakan arwah umat pada hari ke 40, 100, 1000 hari itu adalah tradisi dari nenek moyang yang dikristenkan.

Mengapakah musti berdoa pada tengah malam? Suasana keheningan tengah malam bisa membantu orang untuk lebih berkonscntrasi dalam doa, membantu orang mendapatkan keheningan hatinya.
Dalam Injil kita sering membaca bahwa Yesus kerap kali berdoa pada malam hari : "Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari mulai siang, Ia tnemanggil murid-murid-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebutnya rasul." (Luk. 6:12-13)
Malam menjelang sengsara-Nya Yesus berdoa di taman Getscmani dan mengajak Petrus, Yohanes dan Yakobus untuk berdoa malam bersama Dia, untuk tirakatan bersama Dia, ternyata mereka tidak sanggup karena mengantuk. Setelah itu ia kernbali kepada murid-murid-Nya itu dan wendapati mereka sedang tidur Dan Ia betkata kepada Petrus, Tidakkah kamu sanggup berjaga jaga satu jam dengan aku. Berjaga jagalah dan berdoalah supaya keunu jangan jatuh ke dalam pencobaan, roh memang penurut, tetapi daging lemah. " (Mat. 26 : 40-42)

Gua Maria Kedua

Didekat makam untuk umat Puh Sarang dan dekat dengan Gedung Serba Guna terdapat sebuah gua Maria Kedua yang dibuat oleh Romo Emilio Rossi, CM pada tahun 1986 di mana kelihatan Bernadet sedang berlutut di hadapan Bunda Maria. Romo Emilio Rossi, CM yang meninggal pada tanggal 16 Maret 1999 dimakamkan di kuburan umat yang menyatu dengan gua Maria kedua ini.