Kembang Jepun

Kawasan Kembang Jepun adalah kawasan tua Surabaya. Kehadirannya hampir setua kota Surabaya. Jejak-jejak itu begitu tajam hingga guratan sejarah kawasan Kembang Jepun menancap kuat tidak hanya dimemori sebagian besar warga kota Surabaya, menembus dunia bahkan ketika kawasan ini mengawali sejarahnya. Kawasan ini demikian fenomenal.

Pada jaman penjajahan, Belanda membagi kawasan Surabaya menjadi 3 bagian besar dengan pembagi utama jalan Kembang Jepun dan Kalimas. Sungai Kalimas membagi antara kawasan yang dihuni orang-orang Eropa (yang didominasi oleh orang-orang Belanda) dan orang-orang Asia. Sedang kawasan Timur Kalimas, dibagi dua antara kawasan utara yang dihuni oleh suku bangsa Arab dan Melayu. Kawasan Selatan dihuni oleh orang-orang suku Tionghoa. Pembatas kawasan ini adalah jalan Kembang Jepun yang saat itu diberi nama Handelstreat. Handel artinya perdagangan dan Straat berarti jalan. Perdagangan sudah menjadi nafas kehidupan jalan yang dimasa sekarangpun diberi label senada oleh Pemerintah Kota Surabaya sebagai Central Business Distrik I (CBD).

Kapan nama Kembang Jepun ditorehkan? Adalah Bangsa Jepang yang mempunyai andil mencatatkan nama jalan yang demikian fenomenal ini. Konon kawasan ini adalah ‘dugem’ yang sangat kesohor. Pada jaman pendudukan Jepang, kawasan ini menjadi tempat ‘kongkow-kongkow’. Dengan kembang-kembang (kembang=bunga, sebagai konotasi ‘gadis-gadis’) yang setia menghibur serdadu-serdadu dan penguasa Jepang, yang saat itu lazim disebut ‘Jepun’.

Kapan nama Kembang Jepun ditorehkan? Adalah Bangsa Jepang yang mempunyai andil mencatatkan nama jalan yang demikian fenomenal ini. Kono kawasan ini adalah ‘dugem’ yang sangat kesohor. Pada jaman pendudukan Jepang, kawasan ini menjadi tempat ‘kongkow-kongkow’. Dengan kembang-kembang (kembang=bunga, sebagai konotasi ‘gadis-gadis’) yang setia menghibur serdadu-serdadu dan penguasa Jepang, yang saat itu lazim disebut ‘Jepun’.

Terinpirasi oleh banyaknya ruang publik di berbagai kota besar di dunia, didiskusikanlah sebuah ruang publik yang dikelola warga dengan dukungan penuh Pemerintah Kota. Dibukalah lobbi-lobbi intensip dengan Pemerintah Kota yang kemudian membukukan sambutan yang sangat antusias, program itu bernama kya-kya Kembang Jepun. (Next)