Singosari

Singosari, merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Malang dan terletak di sebelah utara Kota Malang. Singosari memiliki cuaca yang sejuk dan terletak di lereng gunung Arjuno.

Nama Singosari diambil nama Kerajaan yang dulunya besar dan tumbuh di daerah yang sama yaitu kerajaan Singhasari. Kerajaan Singhasari besar pada abad ke 10, dengan Kertanegara sebagai rajanya dan pendiri utamanya adalah Ken Arok pada tahun 1222. Keturunan raja Kertanegara, Raden Wijaya adalah sosok yang menggulingkan besarnya kerajaan Singhasari dengan kerajaan yang tak kalah besar, yaitu Majapahit.

Salah satu peninggalan kerajaan tersebut yang kini menjadi salah satu tempat wisata andalan adalah Candi Singosari dan patung Dwarapala yang merupakan patung terbesar di Indonesia. Selain itu juga terdapat sebuah candi Budha atau tepatnya stupa di desa Sumberawan dan diberi nama sesuai nama desa itu yaitu Candi Sumberawan. Candi Sumberawan sering dipakai umat Budha sebagai pusat perayaan Hari Raya Waisak di Kabupaten Malang.

Nama resmi kerajaan Singhasari diketahui adalah Kerajaan Tumapel, dimana tertulis di prasasti Kudadu. Menurut kitab Negarakretgama, pada saat pertama kali didirikan, ibu kota kerajaan terletak di Kutaraja. Pada tahun 1254, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan Singhasari.

Sebelum menjadi kerajaan sendiri, Tumapel merupakan bagian dari kekuasaan kerajaan Kadiri. Hal ini terjadi karena tindakan heroik Ken Arok melakukan pertempuran dan memenangkannya dari pihak Kadiri. Setelah kemenangan terjadi Ken Arok diangkat menjadi raja dan di beri gelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.

Tahun 1292 merupakan tahun yang bersejarah bagi keeksistensian kerajaan Singhasari, karena pada saat itulah awal kehancuran kerajaan ini. Pada saat itu, Bupati Gelang-gelang, yang merupakan sepupu, ipar sekaligus besan dari raja Kertanegara melakukan pemberontakan Jayakatwang. Dengan berkurangnya tentara kerajaan Singhasari pada waktu, karena sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa, membuat kerajaan ini kalah dan Kertanegara terbunuh.

Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir. Berdasarkan bukti yang tertulis di kitab Pararaton, Nagarakretagama dan prasasti Kudadu, Raden Wijaya, yang adalah cucu dari Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanagara lolos dari pertempuran Jayakatwang dan kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa Majapahit.

Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Dengan kelihaian Raden Wijaya, mereka dimanfaatkan untuk mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdiknya ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singhasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.